Kuliah Umum FST: Peluang dan Tantangan Menghadapi MEA bagi Civitas Akademika
FST – Meski telah memasuki pertengahan tahun ajaran 2015-2016, Fakultas Sains dan Teknologi tak menyurutkan langkahnya untuk menyelenggarakan kuliah umum. Kuliah umum terlambat dilaksanakan disebabkan bencana asap yang dihadapi Provinsi Riau dan provinsi tetangga. Tak tanggung-tanggung, Fakultas Sains dan Teknologi mengundang putra terbaik Riau, Dr. Ahmad Fudholi, S.Si, M.Sc. sebagai narasumber untuk membayar keterlambatannya menaja kuliah umum.
Kuliah umum yang bertemakan “Peluang dan Tantangan Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bagi Civitas Akademika” ini dihadiri oleh Dekan FST beserta jajaran dosen. Acara yang diadakan di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) ini juga ramai dihadiri oleh mahasiswa.
Ketatnya persaingan memang tidak akan dapat dielakkan di era global seperti saat ini. MEA, sebuah kawasan terintegrasi yang dibentuk oleh Indonesia bersama negara-negara di kawasan Asia Tenggara, akan digalakkan agar tidak terjadi kesenjangan antara negara-negara ASEAN. Selain itu, hal tersebut dilakukan untuk mengimbangi persaingan dengan China dan India dalam menarik investor asing. Dengan ini tentunya MEA akan menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi pihak-pihak yang ada di dalamnya.
Dalam pembentukannya, ada 4 hal yang menjadi hal penting pada MEA. Pertama, ASEAN akan menjadi sebuah wilayah kesatuan pasar dan produksi tunggal. Dengan begitu arus barang, jasa, modal, investasi serta faktor produksi akan mengalir bebas tanpa hambatan dari negara satu ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, pembangunan ekonomi bersama di kawasan Asia Tenggara. MEA akan menghasilkan partai tunggal yang dapat menangani permasalahan ekonomi negara-negara anggota serta meningkatkan investasi asing. MEA membangun sistem untuk mengordinasikan negara-negara anggota agar dapat saling membantu.
Selanjutnya, sebagai pasar tunggal ASEAN memiliki komitmen untuk menjadi kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata. Hal ini diwujudkan dengan cara memprioritaskan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Skill dan daya saing UKM akan difasilitasi agar dapat mengakses dan memahami informasi terkini, kondisi pasar dan teknologi terkini.
Terakhir, hal penting pada MEA ialah kekuatan daya saing, termasuk di dalamnya pekerja SDM yang kompeten di bidangnya. Sebagai kawasan dengan tingkat persaingan yang tinggi, kebijakan-kebijakan yang dibuat akan menciptakan persaingan yang adil dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelanggaran hak cipta.
Untuk menghadapi hal itu, Research Fellow Universiti Kebangsaan Malaysia Dr. Ahmad Fudholi, S.Si, M.Sc mengatakan setidaknya civitas akademika harus memiliki beberapa strategi agar tidak kalah bersaing. Strateginya adalah menguasai bahasa Inggris, meningkatkan skill, meningkatkan kemampuan matematika serta membiasakan diri untuk menulis jurnal ilmiah. Diharapkan civitas akademika mampu bersaing dengan negara Asia Tenggara lainnya sehingga tidak sekedar menjadi penonton di negara sendiri.
– FST Journalist Team