Teknik Informatika UIN Suska Riau Berkolaborasi dengan Malaysia Kembangkan Robot Cerdas Azka Hasub
Pekanbaru, 23/12/2019 – Sumber utama hukum Islam adalah Quran dan Hadis, tetapi masih banyak masyarakat awam yang kesulitan memahaminya untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang penerapan hukum tersebut dalam ibadah dan kehidupan umat Islam. Oleh karena itu, masyarakat biasanya merujuk ahli Fiqih untuk bertanya. Indonesia melahirkan banyak ahli Fiqih, seperti salah satunya adalah Ustadz Abdul Somad (UAS)
Namun, banyak jamaah yang tidak dapat berinteraksi langsung dalam melakukan tanya jawab tentang hukum Islam (Fiqih) kepada UAS karena jadwal UAS yang padat. Di sisi lain, ilmu kecerdasan buatan komputer berkembang pesat, jadi sudah saatnya dimanfaatkan untuk kejayaan Islam.
“Ustadz Abdul Somad (UAS) adalah penceramah terkenal yang sangat sibuk, sehingga banyak jamaah yang tidak dapat berinteraksi langsung dalam melakukan tanya jawab tentang hukum Islam (Fiqih) kepada beliau. Di sisi lain, Ustadz Abdul Somad telah menerbitkan beberapa buku tentang tanya jawab hukum Islam,” papar Ketua Tim Pengembang Robot cerdas UAS, Dr. Rahmad Kurniawan, ST., MIT. Meskipun demikian, lanjut Dr. Rahmad, masyarakat awam masih memiliki kendala dalam memahami banyak teks untuk mendapatkan kesimpulan. Oleh karena itu, kecerdasan buatan dianggap sebagai cara inovatif untuk belajar dan memahami hukum Islam dengan mudah.
Robot cerdas yang dikembangkan berupa robot asisten virtual (Chatbot) yang dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan tentang hukum Islam (Fiqih). Azka Hasub adalah sebuah robot asisten virtual yang akan membantu Ustadz Abdul Somad dalam berinteraksi dengan jamaah melalui pesan singkat (chatting).
Azka Hasub dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan kepadanya. Pengetahuan tersebut bersumber dari buku (text classification) dan pengetahuan Ustadz Abdul Somad. Nama Azka Hasub diberikan langsung oleh Ustadz Abdul Somad, yang berarti robot cerdas.
Pengembangan Azka Hasub ini melibatkan tim riset dua negara serumpun, yaitu Indonesia dan Malaysia yang menjadi basis jamaah terbanyak UAS di Asia Tenggara. Tim Indonesia diwakili oleh Teknik Informatika, Riau Data Camp (RDC) dan Ushuludin UIN Suska Riau, sedangkan tim peneliti Malaysia diwakili oleh Prof, Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri, Guru Besar dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
Azka Hasub diharapkan menjadi robot asisten virtual UAS yang dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan umat tentang hukum Islam (Fiqih). Azka Hasub dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan kepadanya.
Azka Hadub masih dalam tahap pengembangan, untuk sementara bisa diakses di http://uas.pakarkita.com. Azka Hasub memerlukan banyak pengguna yang berinteraksi dengannya agar lebih pintar.
Dalam waktu dekat akan terintegrasi dengan teknologi klasifikasi teks, klasifikasi gambar, yang mana nanti jamaah bisa mengirimkan suatu permasalahan fiqih kemudian Azka Hasub langsung menjawab apakah hukumnya wajib, sunah, haram, mubah atau makruh. Serta dilengkapi dengan sistem pengenalan suara dan gambar. Kami juga akan berkolaborasi dengan penliti lain serta Alim Ulama, para Ustadz pakar ilmu agama Islam lainnya tutup Dr. Rahmad Kurniawan, ST., MIT.