Dosen Teknik Industri Sebagai Keynote Speaker di Puspitek LIPI
“Berprofesi sebagai Dosen tentunya tidak cukup hanya memberi kuliah di kelas kepada mahasiswa, melainkan harus memenuhi tuntutan tridarma perguruan tinggi yaitu melakukan penelitian dan pengabdian” frasa inilah yang diungkapkan oleh seorang dosen Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi sesaat sebelum mengakhiri diskusi singkat dengan Tim Jurnalis FST. Dr. Dedi Irawan, S.Si M.Sc mendapat kehormatan sebagai Narasumber Utama di acara Konferensi Lokakarya Ilmiah Nasional Optik Fotonik (LINOF) di Puspitek LIPI beberapa waktu yang lalu.
Dr. Dedi mengatakan acara tersebut merupakan Conference di bidang optic, seminar ini selain mengumpulkan keanggotaan OSA yang berada di wilayah Indonesia, juga dalam rangka meningkatkan minat akademisi untuk melakukan penelitian di bidang optik. Saat ini Riset di bidang Optik berkembang dengan sangat signifikan mengingat ruang lingkup aplikasinya. “dulu kita menelpon menggunakan telpon kabel atau sebelumya telegram, sekarang berkat teknologi informasi optik kita dapat mengakses dunia maya dari telepon genggam atau smartphone” Ujarnya
Dr. Dedi menambahkan bahwa Teknologi Optik sebetulnya merupakan determinasi dari Photonics (Fotonik), teknologi sebelumnya memanfaatkan tingkah laku electron sehingga disebut elektronik, maka fotonik adalah ilmu yang mempelajari dan memanfaatkan tingkah laku foton (komponen terkecil dari cahaya) sehingga dinamakan fotonik. Saat ini konsentrasi para peneliti dibidang optic secara garis besar mengarah ke dua arah yaitu optik untuk komunikasi dan optik sensor penerapannya yang mayoritas untuk biomedis.
“5 tahun terakhir saya fokus melakukan penelitian di bidang optik, berawal dari bidang komponen optik passive hingga ke aplikasi sensor. Pada saat ini menurut pandangan saya riset optik di Indonesia masih merupakan riset fundamental optik, masih belum terlalu banyak mengarah ke aplikasi dan pengembangan. Pada acara LINOF tersebut saya memberikan seminar tentang penggunaan Mach-zehnder Interferometer untuk sensor biokimia.” Ucap Dr. Dedi yang juga merupakan Dosen Teknik Industri UIN Suska Riau.
Dr. Dedi sebelumnya melakukan riset di Universiti Teknologi Malaysia tentunya dengan fasilitas riset yang lengkap mengingat UTM salah satu kampus yang fokus pada bidang teknologi. “Insyaallah penelitian sudah merupakan bagian dari aktivitas saya sebagai seorang dosen, dulu ketika melewati studi S3 dan Post-Doctoral saya belajar sungguh sungguh untuk menguasai bidang saya dari dua sisi yaitu eksperimen dan komputerisasi optik. Sehingga sekarang, disaat sarana penelitian minim, maka saya di UIN fokus melakukan sub penelitian di bidang teoritis dan modeling optik, sementara untuk pengambilan dara eksperimen kita masih bekerja sama dengan beberapa universitas local dan international.” Ditambahkan Dr. Dedi.
Dr, Dedi juga mempunya harapan, tentunya paling mendasar adalah mengajar dan mendidik mahasiswa di kelas kuliah. Namun menurut Dr. Dedi yang paling tinggi nilai kontribusinya adalah publikasi. Sebagai mana diketahui bahwa publikasi adalah komponen penting untuk meningkatkan level universitas baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Dekan FST, Dr. Hartono yang sedang gencar-gencarnya meningkatkan publikasi ilmiah Dosen di lingkungan FST minimal publikasi yang terindeks SCOPUS. “Setiap melakukan penelitian saya selalu menerbitkannya di journal internasional yang terindex, sehingga karya kita di lihat oleh mata orang banyak. Tidak hanya itu, saya juga selalu mengikuti seminar internasional minimal 2 atau 3 kali setahun. Tentunya karya-karya tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu universitas.” Ujar Dr. Dedi yang saat ini juga termasuk ke dalam tim konsultan Kepala Dinas pendidikan Propinsi Riau. Apalagi riau menjadi tuan rumah olimpiade sains nasional (OSN) 2017. Empat tahun terakhir Dr. Dedi selalu aktif di acara pelatihan OSN di Kab Bengkalis, Siak, Kuansing dan Kota Pekanbaru.
Diakhir pembicaraan dengan tim jurnalis FST, Dr. Dedi sempat menanggapi target UIN yang menjadi WCU. Menurut pandangan beliau langkah ke sana sudah banyak dimulai apakah itu dengan kerja sama atau MoU, LoI dan Summer School serta kerja sama lainnya. Namun tak dapat dipungkiri “the most important is conducting research and publication”. Saat ini, saya lebih cendrung untuk bicara mengenai research university (Universitas Riset) dulu sebelum ke WCU, lain kesempatan saya akan coba memberikan pandangan. Ujar dosen muda FST Dr. Dedi Irawan, M.Sc.
– FST Journalist Team