Kecerdasan Buatan dan Sunnatullah dalam Terminologi Islam
Kecerdasan Buatan atau lebih populer dengan nama Artificial Intelligence (AI) sangat identik dengan robot. Sudah terlalu banyak teknologi AI dipaparkan dalam banyak film seperti Terminator, i Robot, A.I, Minority Report dan sebagainya.
Apa sebenarnya Kecerdasan Buatan atau A.I? Istilah Kecerdasan Buatan ini dalam beberapa sumber disebutkan berasal dari suatu konferensi yang disebut dengan Dartmouth Conferences pada tahun 1955, dan orang yang mengisnpirasinya adalah John McCarthy (1927-2011). Beliau mengartikan kecerdasan buatan atau AI dengan begitu mudah:
“Kecerdasan buatan adalah Sains dan Teknik untuk menjadikan mesin yang cerdas/pintar.”
Namun ada berbagai definisi yang diberikan oleh ahli akademik yang mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai :
“Bidang ilmu yang mempelajari bagaimana caranya untuk membuat mesin agar mempunyai kemampuan berfikir seperti manusia.”
Definisi lainnya juga dijelaskan bahwa Kecerdasan Buatan adalah:
Suatu cabang ilmu komputer yang menciptakan komputer agar dapat mengadopsi aspek kecerdasan manusia seperti pengenalan suara, deduksi, penalaran, respons kreatif, kemampuan belajar dari pengalaman dan kemampuan membuat penalaran sendiri apabila diberi informasi yang tidak lengkap. Dua bidang penelitian tentang kecerdasan buatan ialah sistem pakar dan “Natural Language Processing”. Konsep kecerdasan buatan dikembangkan oleh Alan Turing pada tahun 1950. Beliau menggunakan istilah kecerdasan komputer. Awalnya konsep ini dinamakan sebagai kecerdasan buatan oleh John Mc Carty pada tahun 1955. Contoh aplikasi kecerdasan buatan saat ini ialah permainan yang ada di komputer seperti program permainan catur. Program ini telah digunakan untuk mengalahkan juara catur dunia Anatoly Karpov.
Menurut Prof. Zakree Ahmad Nazri, Ketua Program Kedoktoran (S3) di Universiti Kebangsaan Malaysia, istilah Kecerdasan Buatan ini terdiri dari dua kata yaitu: Kecerdasan dan Buatan. Kecerdasan bermaksud hal yang berkaitan dengan kepintaran, kecerdikan dan kebijaksanaan.
Sedangkan Buatan (artificial) bermaksud tiruan, sesuatu bukan alami atau tiruan. Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri juga menambahkan bahwa Kecerdasan Buatan dalam bahasa dan perspektif beliau, adalah seperti berikut:
“Ilmu dan teknik yang tertumpu pada metode komputer untuk memprogram suatu aplikasi dan mesin cerdas dengan meniru kepintaran manusia atau sunnatullah yang memelihara dan mengatur seluruh alam dan isinya yang ada di darat, laut dan udara.
Ahli ilmu komputer berusaha berinovasi dengan menciptakan mesin yang dapat melihat, mendengar, berbicara, berfikir, berhitung, berjalan, berlari, mencari dan segala kemampuan manusia, kecuali mempunyai emosi, berintuisi, berkreasi dan lain-lain yang begitu subjektif.
Penjelasan yang menarik dari seorang Profesor di bidang Kecerdasan Buatan yang mengaitkan antara Kecerdasan Buatan dan Sunnatullah. Beliau menambahkan bahwa sunnatullah yang beliau maksud di sini adalah hukum atau ketentuan Allah Azza wa Jalla yang saintis barat sebut Nature’s Law, Intelligent Design dan sebagainya yang merangkumi hukum fisika, biologi, kimia, astrologi dan sebagainya. Sunnatullah adalah suatu sistem dan peraturan yang ditentukan oleh Allah Taala untuk manusia, hewan dan semua jenis makhluk di dunia ini. Sunnatullah tidak akan berubah dan tidak ada siapa yang dapat merubahnya sejak Allah Taala wujudkannya sampai kapanpun
Firman Allah SWT yang artinya: “Karena engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi Sunnatullah, engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan sunnatullah itu.” (Fathir: 43)
Perlu diingat bahwa Sunnatullah itu terbagi pada dua bagian:
- Manusia menerimanya secara terpaksa
- Manusia menerima secara sukarela
Firman Allah yang artinya: “Dan kepada Allah jugalah sekalian makhluk yang ada di langit dan bumi tunduk baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa.” (Ar Ra’d: 15)
Ilmuan komputer bukan sekedar mengadopsi kecerdasan manusia tetapi pada hari ini, malah mengadopsi kecerdasan lebah, lalat, burung, semut, sifat elektromagnetik, keharmonian musik dan sebagainya. Apa yang dikatakan oleh ahli Kecerdasan Buatan dari Negeri jiran ini dapat membuat kita bahwa semakin kagumlah kita dengan kebesaran Allah dengan memerhatikan kejadian-kejadian alam yang diatur oleh Sunnatullah, Bahkan yang lebih menariknya, Ilmuan komputer menirunya dan dapat menyelesaikan masalah kompleks.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah kejadian langit dan bumi serta segala yang Dia biakkan pada keduanya dari makhluk-makhluk yang melata dan Dia Maha Kuasa menghimpunkan mereka semuanya apabila Dia kehendaki (melakukannya).
(Yaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah sewaktu mereka berdiri dan duduk dan sewaktu mereka berbaring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab Neraka.
Lantas, bagaimana Kecerdasan Buatan dengan masalah yang kompleks? Prof. Zakree mencontohkan, pernahkah kita berfikir bahwa cara semut mencari makanan digunakan oleh ilmuan barat untuk menyelesaikan masalah yang kompleks seperti optimasi jadwal atau pengenalan pola? Masalah yang kompleks yang dikategorikan oleh ahli matematika sebagai Non-deterministic Polynomial-time hard (NP-hard) problem? Mari kunjungi laman Wikipedia ini untuk mengetahui dengan lebih lanjut. Siapa yang mengatakan ciptaan Allah sia-sia? Bahkan lalat yang Allah jadikan perumpaan pun dijadikan penelitian untuk menciptakan drone, Drone yang berukuran lalat? Wallahualam…
Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri
Ketua Program Kedoktoran (S3) di Universiti Kebangsaan Malaysia